Ritual Ngantat Panompo, salahsatu ritual Adat Naik Dango yang dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn, di Rumah Adat Dayak, Desa Pak Laheng, Toho Mempawah. Foto Istimewa |
JURNAL GALAHERANG - Ribuan warga Dayak Kanayatn dari tiga kabupaten, yaitu Mempawah, Landak dan Kubu Raya, berkumpul di halaman Rumah Adat Dayak, Desa Pak Laheng, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Sabtu 27 April 2024.
Disana mereka menggelar Gawai Adat Naik Dango ke-XXXIX tahun 2024 yang merupakan wujud rasa syukur kepada Nek Jubata (Sang Pencipta) atas hasil panen yang diterima masyarakat.
Sejumlah ritual adat dilaksanakan sebagai rangkaian Naik Dango yang diikuti para perwakilan kontingen dari tiga kabupaten peserta Upacara Naik Dango di Kecamatan Toho Mempawah.
Baca juga : Upacara Adat Naik Dango, Kekayaan Bangsa yang Harus Dilestarikan
Diantaranya tingkakok nimang padi yang menjadi simbol proses turunnya padi dari Jubata kepada manusia. Dalam tingkakok nimang padi, padi dari hasil panen setiap tahun dibawa ke lumbung padi yang disebut masyarakat setempat sebagai dango. Rangkaian prosesi yang diiringi tari-tarian itu disebut ngantat tangkeatn ka' dango padi.
Setiba di dalam lumbung padi, acara dilanjutkan dengan ritual inti, yakni nyangahatn atau memanjatkan doa dengan mantra. Nyangahatn dibacakan oleh seorang Panyangahatn atau orang yang memanjatkan doa.
Doa itu merupakan bentuk rasa syukur atas rezeki serta memohon izin menggunakan padi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Setelah nyangahatn tuntas dilaksanakan, satu per satu perwakilan dari masing-masing daerah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, secara bergantian menari mengantarkan sumbangan atau sesajian dari halaman rumah adat menuju dango.
Mereka menari sambil membawa hasil pertanian dan peternakan diantaranya padi, kelapa, minyak kelapa, kopi, telur, daging mentah, dan nasi ketan.
Hasil panen itu kemudian dibawa dalam sebuah tempat khusus yang dipikul, ada yang berbentuk rumah kecil dan ada pula yang berbentuk perahu yang dihias khusus dengan ukiran. Diiringi lagu, tempat itu dibawa sembari menari menuju dango. Ritual adat itu dinamakan Ngantat Panompo'.
Pembukaan Naik Dango ini berlangsung semarak. Meski cuaca terik, namun masyarakat dan para undangan sangat antusias menyaksikan prosesi adat turun menurun ini. Sejak ritual sampai acara seremonial dilaksanakan, masyarakat tidak beranjak dari tempatnya untuk menyaksikan acara demi acara.
Penulis : Apri